ISLAM MENENTANG RADIKALISME
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan ajaran Islam dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang akan menjadi saksi atas umat yang lain, seperti dijelaskan dalam firman Allâh Azza wa Jalla.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil (terbaik) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. [Al-Baqarah/2:143]
Dari kalimat ummatan wasathan (umat yang adil atau pertengahan) tampak jelas bahwa umat Islam dilarang melampaui batasan yang telah ditetapkan syariat, baik dalam keyakinan maupun amalan. Sikap melampaui batas tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan, apalagi dalam urusan agama. Bahkan syariat melarang sikap ini dalam beberapa ayat al-Qur`ân, diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
Wahai ahli Kitab, janganlah kalian bertindak melewati batas (ghuluw) dalam agama kalian [An-Nisâ’/4: 171]
Al-Hâfidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam kitab Tafsirnya, “Allâh Subhanahu wa Ta’ala melarang ahlul kitab melampaui batas dalam beragama. Ini banyak dilakukan oleh kaum Nashara karena mereka melampaui batas dalam kewajiban mengimani Nabi Isa Alaihissallam sampai-sampai mereka mengangkatnya melebihi kedudukan yang berikan kepadanya Alaihissallam. Mereka memindahkannya dari derajat kenabian menjadi tuhan selain Allâh Azza wa Jalla . Mereka menyembahnya sebagaimana mereka menyembah Allâh Subhanahu wa Ta’ala , bahkan mereka juga melampaui batas dalam menyikapi para pengikut Nabi Isa Alalihissallam yang dianggap masih berada di atas ajaran Nabi Isa Alaihissallam. Mereka meyakini para pengikut beliau Alaihissallam itu ma’sum dan lalu mereka mengikuti setiap apa yang mereka katakan, baik perkataan mereka itu haq maupun batil, sesat maupun petunjuk, benar maupun dusta. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan para rahib mereka sebagai Tuhan selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masîh putera Maryam, (At-Taubah/9:31)”, [Tafsîr Ibnu Katsir, 1/589]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِى الدِّيْنِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِى الدِّيْنِ
Hindarilah oleh kalian tindakan melampaui batas (ghuluw) dalam beragama sebab sungguh ghuluw dalam beragama telah menghancurkan orang sebelum kalian. [HR. An-Nasâ’i dan Ibnu Mâjah].
Diantara bentuk sikap melampaui batas adalah bersikap radikal dengan segala bentuknya yang menyelisihi syariat. Dalam bahasa Arab kata (الْغُلُوّ) yang berarti radikal, kekerasan dan kekakuan kembali kepada sebuah kalimat yang bermakna sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dan ukuran. Sebagaimana yang dikatakan ibnu Fâris rahimahullah dalam kitabnya Mu’jam maqâyis Lughah.
Berlebih-lebihan dalam agama adalah dengan melakukan sesuatu yang melampaui batas dengan kekerasan dan kekakuan, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Manzhûr rahimahullah dalam kitab Lisânul Arab.
Radikalisme dalam sejarah terjadi tidak hanya pada umat Islam, bahkan Allâh Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan ahli kitab akan sikap melampaui batas ini, sebelum umat Islam. Sejarahpun mencatat banyak tindakan-tindakan radikal dilakukan selain umat Islam baik dizaman dahulu hingga sekarang. Namun mengapa hanya umat Islam saja yang disudutkan?
Ironisnya banyak orang Islam ikut-ikutan bicara radikalisme tanpa dasar dan ilmu yang membuat semakin keruh dan rusak serta tidak memberikan solusi sama sekali.
Tidak dipungkiri, radikalisme memiliki multi sebab, mulai dari pemahaman yang parsial, salah memahami ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa merujuk kepada pemahaman yang benar yang telah difahami oleh as-salaf ash-shalih termasuk juga masalah politik berupa penindasan dan penjajahan menjadi pemicu tindakan radikal. Semua sebab-sebab ini membuahkan hasil yang sangat berbahaya bagi kemajuan peradaban manusia dan kesejahteraan mereka di dunia.
Tentunya hal ini menuntut setiap kita untuk berusaha mencegah dan menghilangkannya. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya yang maksimal untuk merujuk pemahaman as-salaf ash-shalih dalam memahami agama dan menjalankan metode pemahaman mereka dalam mengamalkan ajaran-ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan petunjuk dan taufiqNya kepada kaum Muslimin seluruhnya agar berjalan dan beramal dengan dasar al-Qur`an dan Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar. Wabillahittaufiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVIII/1436H/2014.
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/islam-menentang-radikalisme/